Senin, 04 Januari 2010

bangunan eropa


Brussel menjadi pertemuan dua masa peradapan. Ada kemegahan bangunan Eropa kuno yang menjadi simbol kemegahan kota ini di masa lalu, selain terselip juga pencakar langit modern dengan kekayaan arsitektur masa kini. Kota ini seperti sebuah masa dimana pertemuan antara masa lalu dan masa kini.

Brussel, yang juga ibukota Belgia sekaligus ibu kota Uni Eropa ini, tumbuh sejak abad ke-6. Awalnya sebuah desa di dataran Sungai Senne yang memang sudah terkenal sebelumnya sebagai daerah berhawa sejuk. Kota dua bahasa (Perancis dan Belanda) kini tak terlupakan sebagai rumah taman kota yang paling mengesankan di daratan Eropa.

Kota mungil ini bisa dicapai dengan semua alat transportasi darat, laut atau udara. Meski kecil, Belgia ternyata beruntung memiliki wilayah laut yang juga diekplorasi kekayaan wisatannya oleh pemerintah setempat.

Pengguna angkutan darat dapat memilih bus atau kereta api untuk mencapai kota ini. Ada dua station kereta api utama di kota Brussel, Gare du Nord dan Gare du Midi. Gare du Nord melayani perjalanan kereta api reguler. Kereta ini terkenal murah, namun interior kabin bersih dan terawat. Sedangkan Gare du Midi itu stasiun khusus jalur luar negeri dengan kereta super cepat Thalys, kereta kebanggaan Belgia yang dikenal sebagai The Red Train dengan kecepatannya sekitar 250 Km/jam.

Satu lokasi wisata di Brussel yang tak bisa ditinggalkan adalah La Grand Palace, dimana di sekitar tempat tersebut bisa ditemukan Les Galeries Saint-Hubert, Petite rue des Bouchers dan Manneken Pis.

Grand Palace berupa alun-alun kota yang dikelilingi bangunan-bangunan tua menjulang tinggi. Tempat ini sering dimanfaatkan untuk festifal budaya. Dulunya tempat ini adalah lokasi eksekusi para pesakitan dan sekarang telah berubah menjadi lokasi wisata yang menakjubkan.

Ada tiga bangunan utama yaitu balai kota, wisma raja dan gedung perniagaan (Guli House). Begitu masuk area Grand Palace dapat menatap langsung menara tua yang bergaya gothic. Bangunan yang dulu kala dipakai sebagai balai kota itu kini berubah wajah menjadi de Ville, salah satu hotel termahal dan termewah di Brussel. Di puncak menara dari bangunan tahun 1400-an ini terletak patung St. Michael yang sedang membinasakan setan.

Menara tua itu dibangun oleh arsitek Jan Van Ruysbrueck dan terletak ditengah banguan. Menurut legenda sang arsitek bersumpah akan bunuh diri dengan cara melompat dari menara jika menara tidak terletak di tengah bangunan. Sepintas menara memang terletak di tengah, meski sebenarnya tidak. Sederhana saja, lahan kanan kiri disisakan untuk jalan umum.

Di samping balai kota berdiri bangunan megah yang sangat erat kaitannya dengan sejarah kota Brussel. Maison du Roi, begitu orang perancis menyebut bangunan bercorak neo-githic ini. Sementara orang Belanda memberi nama Broodhuis. King's House atau Wisma Raja ini diawal abad ke 13 berupa rumah kayu yang dipakai para pembuat roti menjual dagangannya.

Tahun 1405 bangunan itu dibongkar dan digantikan bangunan megah dari batu. Pada abad ke 15, bangunan beralih fungsi karena penjual roti mengubah strategi pemasarannya dengan menjual dari rumah ke rumah. Kemudian. Oleh Duke Brabant, pemimpin Brussel kala itu sering dipakai untuk urusan administrasi pemerintahan hingga pada masa rezim Kaisar Charles dilakukan renovasi mengikuti gaya Gothic.

Banyak kisah sedih tersimpan di sini. Misalnya, ketika Kaisar Philip II yang terkenal represif berkuasa dan salah satu bangunan disitu menjadi saksi Pangeran Edmont dan Hoorne menghabiskan malam terakhirnya sebelum dihukum pancung pada 5 Juni 1568.

Di sebelah barat daya Grand Palace ada Saint Hubert, sederetan komplek bangunan kuno yang dipergunakan sebagai toko cinderamata. Bangunan megah itu bergaya neo-klasik dengan atapnya terbuat dari kaca. Dengan begitu, mulai dari ruangan toko, jalan hingga gang tertutup catu atap kaca.

Saint Hubert mulai dibuka di zaman Raja Leopold I tahun 1847. Begitu dibuka langsung menjadi tempat paling populer di kota yang terkenal dengan curah hujan yang tinggi itu. Banyak seniman besar dan cendekiawan saat itu tertarik menikmati pesona 'Kota Kaca'. Tak pelak, tertarik akan perhiasan indah nan mewah yang dipajang di situ.

Sampai kini, deretan tampat pertunjukan, toko perhiasan, cinderamata dan kafe masih berdiri menyambut wisatawan yang rela membuang euronya. Tak terhitung pula jumlah arsitek luar Belgia yang menggunakan galeri Saint-Hubert ini sebagai model bagunan mereka.

Dekat dengan galleri Saint Hubert, bisa ditemukan gang kecil yang sangat terkenal Gang kecil bernama Ruesdes Bouchers banyak diceritakan bak lukisan. Meski hanya cukup untuk pejalan, hampir semua bangunan di kanan kiri gang ini berupa restoran, lengkap kursi dan meja kecil diterasnya.

Seputar Grand Palace terdapat patung anak kecil sedang buang air kecil. Ada banyak legenda mengenai keberadaan patung itu. Salah satunya, anak kecil yang bernama Juliaanske atau Julian kecil ini melepaskan sekring pada bom dengan cara mengencinginya. Sebuah tindakan heroik yang dilakukan seorang anak demi kota tercintanya.

Banyak yang percaya, patung itu tak lebih dari sekedar hiasan di bangunan air mancur yang di abad pertengahan dikunjungi orang untuk mencari air bersih. Faktanya memang sejak abad ke-15 air mancur ini disebut Manneken Pis atau patung pipis.

Pada 13 Agustus 1691, pemerintah kota memberi tugas kepada pematung Jerome Duquesnoy untuk membuat patung tembaga Manneke Pis menggantikan patung yang lama. Dalam perjalanan waktu, patung ini harus disembunyikan untuk melindunginya dari serangan bom atau gangguan tangan jahil.

Patung Julian kecil memiliki lebih dari 600 kostum, kostum-kostum ini dipakai pada waktu tertentu, misalnya kostum Santa untuk Natal. Di hari-hari tertentu, 'air kencing'-nya tak sekadar air bening. Bisa sirup atau bir yang sering diperebutkan para penikmat bir Belgia.

Untuk para penggemar buku di seputar Grand Palace juga terdapat toko buku Vente Achat, bangunan berlantai dua itu menjual buku-buku bekas dengan kondisi bagus dengan harga yang miring. Di toko Acakadut, mirip kamar cowok ABG, kita bisa memperoleh buku-buku wisata macam Lonely Planet, buku sastra, sejarah, bahkan komik.

Atonium, Eiffel-nya Brussel

Tempat lain yang bisa dikunjungi adalah Atonium yang berdiri Monumen yang di bangun sejak 1958 menjadi menara Eiffel-nya Brussel. Tingginya 102 meter. Sembilan bola berdiameter 18 M yang tertutup aluminium saling terhubung dengan pipa baja. Di dalamnya terdapat terowongan yang dilengkapi evelator. Total berat aluminium yang dipakai 2.400 ton

Bentuk yang unik tadi menggambarkan bentuk molekul besi yang diperbesar sampai 165 miliar kali. Arsiteknya Andre Waterkeyn perlu waktu 18 bulan untuk menyelesaikannya. Dengan evelator dapat naik kebola-bola yang tertinggi dan dapat menikmati pemandangan Distrik Heysel yang menawan. Tidah hanya itu, bagian bola teratas ada restoran Chez Adrienne yang siap menampung pengunjung yang lagi lapar.

Komplek Atonium juga dianggap sebagai 'Miniatur Eropa.' Bangunan-bangunan bersejarah Eropa dapat dilihat termasuk Menara Eiffel Paris dan Gedung Parlement Inggris. Bagusnya miniatur ini tidak sekedar menampilkan fisiknya tapi juga linkungan dan aktivitas yang ada di sekelilingnya.

Tak jauh dari sini ada Drupark, sebuah taman yang di atasnya banyak berdiri bangunan desa Belgia dari masa lampau, lengkap dengan kafe dan restoran yang menyajikan masakan khas Belgia. Di samping taman ada Kinepolis yaitu salah satu bioskop terbesar di Eropa.

Brussel, masih memiliki banyak tempat yang menjadi andalan wisata termasuk La Cinquantenaire, bangunan pintu gerbang yang mirip Charles de Guile di Paris, Le Palais Royale sebuah mansion mewah peninggalan abad 18 dan katedral Saints Michel and Gudule.

Menarik bukan, tak ada salahnya berpetualang menjelajahi Brussel, kota tua modern yang dijamin membuat kita seperti berada di dua peradaban. (dar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar